Halohaaaa, semoga blog ini belum berdebu-berdebu amat ya setelah didiamkan selama 4 bulan lamanya. Well, setelah dinyatakan hamil, penyesuaian tubuh saya menjadi seorang wanita hamil memang agak mengejutkan untuk saya sendiri. Maklum lah ya, namanya juga baru hamil untuk yang pertama kali. Okeee sekian curhat colongannya, haha. Kali ini sebenernya saya bingung mau nulis apa. Bukan gak ada bahan, tapi karna terlalu banyak utang review walau sebenernya mau curhat juga tentang pregnancy life hahaha.
Oke, saya akan nulis review tentang vendor foto dan video sewaktu acara wedding 17 September 2016 lalu aja yaaa.
Setelah galau mau ambil paketan foto video dari Rizal’s atau engga (karena ragu banget pas liat contoh album wedding di kantor Rizal’s) saya akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil paketan foto video dari Rizal’s. Mulailah saya hunting vendor khusus foto video di bridestory dan tentu saya blogwalking. Hasilnya, saya agak kicep karena mahal-mahal amat booo paketan buat foto video wedding hahaha. Padahal, di paketan Rizal’s cuma dipotong 1 juta kalo gak pake paketan foto video dari mereka. Sementara paketan foto video di vendor lain mencapai belasan sampe puluhan juta buat yang all in one package. Heemmm mesti pinter-pinter muter otak biar budget-nya cukup nih! *lirik mantan pacar yang sekarang udah jadi suami*
Singkat cerita, saya menemukan salah satu vendor dengan harga paketan all in one yang reasonable (gak bisa dibilang murah banget sih, tapi setidaknya masuk di budget saya). Vendor tersebut adalah Dese Photography. Vendor ini pernah saya sebut juga di review siraman karena memang paketan dari vendor tersebut mencakup foto di acara siraman juga.
Harga paketan untuk foto video wedding, foto prewedding, foto acara lamaran/siraman/pengajian (pilih salah satu), dan photobooth unlimited (2 jam) adalah sekitar 15 juta. Dan kebetulan saat itu Dese Photography sedang ada promo sebesar potongan 20% untuk pengambilan paket all in one. Jadi, saya dapat harga sekitar 12 juta untuk paket all in one.
Tadinya saya hanya ingin mengambil paket foto video wedding dan foto siraman saja, tapi karena kebetulan kami juga lagi mencari vendor photobooth, sekalian aja saya ambil paket all in one. Meskipun saat itu posisi saya sudah melakukan foto prewedding di Bromo. Review lengkapnya bisa diliat di sini. Akhirnya galau, mau foto prewed lagi di studio atau enggak. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk gak foto prewed di studio Derzia karena keterbatasan waktu saat itu. Kami menganggap bahwa foto-foto prewed kami di Bromo sudah lebih dari cukup sebagai foto prewedding, tidak perlu dua kali. Namun, sebagai ganti foto prewed, saya deal dengan Dese Photography untuk mencetak 2 foto ukuran 30×40 dan 10 foto ukuran 4R beserta bingkainya. Lumayan, jadi udah gak kepikiran cetak-cetak foto dan nyari bingkainya. Hehe.
But, ada masalah sedikit sekitar 2 bulan menjelang acara. Tiba-tiba saya kehilangan kontek dengan Dese Photography. Nomor telepon dan handphone-nya tidak aktif, terlebih whatsapp yang sudah lama tidak aktif juga. Padahal selama ini saya deal harga dan tanya-tanya via whatsapp. Saat itu saya sudah transfer DP sebesar 30%. Di tengah rasa panik itu, akhirnya Mas Eko mengusulkan untuk nyamperin studio Derzia aja langsung dan ketemu dengan orang di sana. Langsung saya iyain aja karna saya juga gak mau masalah ini jadi berlarut-larut.
Setelah melewati Jalan Raya Kalimalang yang super macet dan panas, sampailah kami di Studio Derzia Photolab. Tempatnya nyempil di ruko-ruko gitu, saya aja sempet kelewat dua kali. Saya langsung masuk ke dalam dan bertemu dengan salah satu marketing Derzia (tapi kayaknya dia salah satu owner-nya juga, dilihat dari pengambilan keputusan yang cepat). Maaf tapi saya lupa nama mbak-mbaknya. Intinya, dia menjelaskan bahwa saat itu memang sedang ada masalah internal di Dese Photography sehingga orderan Dese yang sudah terlanjur deal diambil alih oleh Derzia. Yaaa waktu itu saya pikir whatever lah, siapa aja boleh mau Dese mau Derzia terserah aja yang penting acaranya lancar dan saya gak nambah transfer hahaha. Saya akhirnya minta kontak mbak-mbak itu yang selanjutnya menjadi penanggung jawab vendor foto video wedding saya.
Jeng-jeng-jeng, dua bulan pun berlalu dan tibalah hari pernikahan saya. Saya datang pukul setengah 6 pagi dan mas-mas tukang foto video dari Dese Photography sudah stand by. Namun, orang yang bertanggung jawab photobooth belum datang. Ada 2 orang fotografer dan 1 orang videografer yang menangani wedding foto dan video. Fotografer dan videografer dari Dese Photography cukup ramah dan hasil foto serta videonya cukup memuaskan. Mereka bahkan gak sempet makan juga karena sibuk fotoin dan videoin saya. Namun, satu kesalahan saya yang belakangan saya sesali. Mas-mas photobooth luput dari perhatian saya. Saya dan Mas Eko pun gak sempet photobooth karena background terlanjur dibereskan dan mesin cetak foto pun sudah dimatikan. Padahal, sesaat setelah saya selesai make up, saya sempat foto di background photobooth itu memakai kamera ponsel. Saya pikir, mas-mas photobooth akan nungguin pengantin foto dulu baru beberes sebelum pulang, eh gak taunya… enggak.
Background photobooth yang saya pakai pun bukan dari Dese, tapi dari War Art, salah satu tetangga saya yang berkecimpung di dunia seni ukiran gabus. Jadi, menurut saya, bukan sebuah hal yang sulit kan cuma buat nunggu pengantin buat photobooth? Bukan hanya itu, yang membuat saya geram adalah ternyata banyak yang gak kedapetan photobooth karna gak kebagian kertas photobooth dan mesin cetak fotonya sempet error. Lah? Kan unlimited selama 2 jam. Iya sih pakai kartu gitu dari Dese-nya, tapi kalau waktunya masih di dalam rentang 2 jam itu, masa sih tamu dilarang foto? Dan saya baru tau kalo Dese hanya menyediakam sekitar 150 kartu buat 2 jam itu. Ya jelas kurang, undangan saya aja 300. Jadi, unlimited-nya di mana? Trus waktu yang terbuang percuma karna mesin mati itu tanggung jawabnya di mana?
Terlepas dari soal unlimited, kartu yang kurang, dan mesin mati, saya lebih kaget lagi waktu liat hasil softcopy-nya. Bukan karna hasilnya jelek. Hasilnya bisa dibilang lumayan standar lah untuk sebuah hasil cetakan photobooth. Tapi saya shock karna terdapat kurang lebih 10 foto yang objek di dalamnya adalah MAS MAS PHOTOBOOTH itu sendiri dan PELAYAN-PELAYAN RIZAL’S. What?! Okelah ngetes boleh 1-2 foto, tapi gak sampe banyak gini juga kali. Makin makin lah kekecewaan saya terhadap photobooth Dese Photography/Derzia ini.
Saya sempat komplain ke mbak-mbak Derzia dan seingat saya dia gak mau disalahin. Saya lupa persisnya gimana bunyi chat-nya, intinya menurut dia itu sudah sesuai prosedur. Yaudahlah, karna saya males debat dan acaranya udah selesai juga, saya diamkan aja. Tapi saya sangat menyesalkan sikapnya saat itu. Namun, saya juga sadar diri bahwa kesalahan juga ada dari pihak saya, yaitu gak ngecek mas-mas photobooth itu dulu sebelum acara resepsi. Mas-mas photobooth baru datang pada saat saya di make up untuk resepsi. Semua hal mengenai wedding ini memang saya tangani sendiri dan salahnya saya waktu itu, saya gak sempet kenalan dan ngecek semua hal terkait photobooth. Mungkin karna saat itu saya udah terlanjur excited mau resepsi. Sekali lagi, yaudahlah.
Oke, saya rangkum review-nya dalam angka ya. Foto Video Wedding (8.5/10), Service Marketing (6.5/10) (sempet menghilang dan respon kejadian photobooth), Photobooth (5/10), Hasil Album dan Cetakan Foto Pengganti Prewed (8/10).
Bagi yang mau liat hasil foto-foto wedding saya, ini sebagian hasilnya. Sebagian juga sudah saya upload di sini. Untuk video, saya dapat video sekitar 40 menit untuk akad dan resepsi. Hasilnya cukup bagus tapi terlalu berat kalau untuk di-upload di sini. Intinya, foto video wedding-nya bagus, pun hasilnya. Foto pas siraman juga oke, review-nya di sini. Tapi service marketing dan photobooth-nya bikin saya kecewa.
Oke deh, sekian review saya tentang vendor foto video Dese Photography atau Derzia Photolab. See you on the next post!
[…] sempet review salah satu vendor foto video wedding yaitu Dese Photography, selengkapnya bisa diliat di sini. Tapi, sayangnya saya tidak terlalu puas dengan service dan photobooth-nya Dese, meski hasil foto […]