Dari awal hamil sebenernya saya sangat tertarik dengan konsep Gentle Birth, yaitu melahirkan dengan rasa sakit minimal. Jujur, di balik kebahagiaan dan rasa excited mau jadi ibu, terselip rasa takut untuk melahirkan dan step-step selanjutnya seperti menyusui dan mengurus bayi. Terkadang saya ungkapkan kerisauan saya ini ke Mas Eko, tapi dia berusaha menenangkan dengan bilang kalau semua itu memang sudah kodrat dan meyakinkan kalau saya pasti bisa. Sesaat setelah dia bilang begitu, saya jadi agak tenang, tapi kemudian ada saat-saat di mana saya kembali jadi risau atau takut. Pengaruh hormon bumil juga kali ya jadi makin melankolis gini
Back to Gentle Birth concept, saya gak muluk-muluk mau water birth atau melahirkan di rumah karena saya tahu pasti prakteknya gak semudah yang dipikirkan kebanyakan orang. Saya yakin konsep Gentle Birth bisa diterapkan di mana saja dan dengan cara yang berbeda-beda, bukan hanya dengan water birth. Water birth hanyalah salah satu cara Gentle Birth. Yang saya pahami tentang konsep ini adalah melahirkan dengan melibatkan ibu, bayi, bahkan ayah untuk memberdayakan diri saat melahirkan secara alami dan tenang. Saat ini banyak wanita yang melahirkan dengan intervensi medis yang tinggi, padahal saya yakin sekali bahwa setiap bayi (meski mereka masih berada di dalam kandungan) adalah jenius. Para bayi ini yang paling tahu kapan mereka siap untuk lahir ke dunia. Pun saat waktu melahirkan tiba, ibu dan bayi perlu bekerja sama untuk proses persalinan yang nyaman untuk keduanya. Saya tanamkan benar-benar konsep ini di hati saya sehingga saya selalu berusaha memberikan afirmasi positif ke bayi saya. Meski saya pun tidak tahu nanti saya akan melahirkan dengan cara apa. Tapi saya sangat berharap afirmasi positif saya sampai ke bayi saya agar kami dapat melalui proses persalinan yang alami dan nyaman untuk kami berdua.
Saya termasuk orang yang suka teriak atau mengungkapkan jika merasa kesakitan atau tidak nyaman, tapi entah kenapa saya ingin proses melahirkan saya nanti dibalut suasana yang tenang tanpa teriakan-teriakan yang membuat orang lain ngilu. Kira-kira, apakah saya bisa? Pertanyaan itu terus berdengung di hati dan pikiran saya. Tetapi, saya kembali mencoba untuk mensugestikan diri saya sendiri kalau saya bisa, pasti bisa!
Untuk mempersiapkan proses melahirkan yang saya inginkan, tentunya ada beberapa hal yang harus saya persiapkan yaitu kesiapan mental dan fisik. Untuk kesiapan mental, sebisa mungkin saya mensugesti diri saya sendiri dan memberikan afirmasi positif ke bayi saya untuk meyakinkan bahwa kami pasti bisa. Meski kadang masih suka tiba-tiba nangis karena hal sepele, masih suka kurang pede, mengeluh tentang ini itu. Tapi saya masih terus berusaha untuk menanamkan hal positif, positif, positif.
Nah, untuk persiapan fisik demi tercapainya persalinan nyaman yang saya idam-idamkan, ini lumayan menantang untuk saya yang notabene JARANG OLAHRAGA. Setelah baca ini itu dari sumber yang dapat dipercaya, tubuh wanita hamil yang berolahraga saat hamil lebih mudah melahirkan secara normal dibanding wanita yang tidak berolahraga sama sekali selama hamil. Nah lho! Padahal selama hamil ini aktivitas favorit saya adalah bobok siang, leyeh-leyeh sambil main hape atau nonton tv. Jeng jeng jeng… terus gimana? Apalagi sekarang usia kandungan udah masuk trimester 3, terlambat gak ya? Akhirnya saya mulai googling, olahraga apa sih yang cocok untuk kondisi ibu hamil, gimana caranya, butuh alat olahraga apa aja? Lanjut di next post aja deh yaaa, see you 🙂
[…] trauma dan minim rasa sakit (biasa dikenal dengan konsep Gentle Birth), selengkapnya bisa dilihat di sini, saya mulai mempersiapkan diri, baik secara mental maupun fisik untuk menghadapi salah satu momen […]