Saya sangat sadar bahwa memulai toilet training untuk anak perlu kesiapan mental saya sebagai ibu dan juga Kaniya sebagai pelaku toilet training. Awalnya, saya belum berniat memulai toilet training Kaniya di usia Kaniya yang menginjak 29 bulan. Namun, ternyata Kaniya sudah menunjukkan tanda-tanda siap toilet training pada bulan Maret 2020 lalu.
Lalu sebenarnya, apa sih tanda-tanda yang perlu kita amati pada anak untuk mengetahui : apakah dia siap atau tidak memulai proses toilet training?
Tanda Anak Siap Toilet Training
Anak balita yang siap memulai proses toilet training akan menunjukkan tanda-tanda yang meliputi 3 kesiapan, yaitu :
- Kesiapan Fisik
- Kesiapan Sikap
- Kesiapan Kognitif
Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik anak untuk memulai proses toilet training termasuk tanda yang mudah dilihat dan diamati. Beberapa tanda kesiapan fisik anak meliputi :
- Anak sudah mampu berjalan secara stabil
- Anak tidak pipis saat tidur siang meski sudah memakai diaper
- Anak pipis dalam jumlah yang cukup banyak dalam 1 waktu
Tanda kesiapan fisik ini sebenarnya sudah saya amati pada Kaniya dalam 2 bulan terakhir. Saat tidur siang pun, dia mulai enggan dipakaikan diaper. “Sempit, gak enak” begitu alasan Kaniya. Padahal, dia sudah memakai diaper ukuran XL yang menurut saya tidak sempit untuknya.
Beberapa kali tetap saya pakaikan diaper untuk menjaga takutnya dia ngompol saat tidur siang. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, diapernya kering, tanda dia tidak pipis sama sekali saat tidur siang.
Kesiapan Sikap
Rata-rata anak menunjukkan sikap ingin mandiri mulai usia 2 tahun ke atas, pun yang terjadi pada Kaniya. “Ke-sotoy-annya” meningkat drastis beberapa bulan belakangan. Apa-apa ingin sendiri, meski terkadang masih kolokan sama mamanya, apalagi pas masa-masa WFH ini haha.
Nah… ternyata, rasa ingin mandiri ini adalah salah satu tanda anak siap untuk memulai toilet training. Beberapa ciri kesiapan sikap anak lainnya, yaitu :
- Mulai tidak betah memakai diaper
- Sudah dapat duduk tenang di satu posisi (anak sudah mulai melatih fokus)
- Tertarik dengan kegiatan di kamar mandi dan cenderung ingin ikut saat ayah atau ibunya ke kamar mandi
Kalo di Kaniya, 3 poin tersebut kejadian sih hehe. Tiap saya mandi, dia mau ikutan. Diam-diam memperhatikan dan ikut jongkok lalu pipis. Sudah bukan rahasia kalo meniru adalah keahlian anak-anak. haha.
Kesiapan Kognitif
Kognitif berkaitan dengan proses berpikir. Pada anak-anak, terutama batita, kognitif terkait dengan pemahaman bahasa atau perintah. Pelajari tanda kesiapan kognitif anak sebelum buibu semua berniat untuk mulai proses toilet training anak ya. Tanda kognitif anak ini contohnya :
- Anak sudah paham kalimat perintah sederhana seperti “Tolong tutup pintunya.” atau “Bereskan mainannya, yuk!”
- Mengerti perbedaan istilah dalam berkemih yang diajarkan orang tuanya seperti “pipis” atau “pup”.
- Sering memberitahu orang tuanya saat ia akan pipis atau pup.
Kesiapan kognitif penting diperhatikan karena akan sangat berperan nanti saat proses toilet training. Terutama poin ke 3. Akan jauh lebih mudah jika anak sudah sadar “rasa kebelet pipis” lalu memberitahu orang tuanya sehingga kejadian ngompol bisa diminimalisasi hehehe.
Waktu Tepat Memulai Toilet Training
Sebenarnya, waktu tepat untuk memulai toilet training anak sangat bervariasi tergantung kesiapan anak dan kesiapan orang tua sebagai mentornya. Tapi, beberapa ahli menyarankan untuk melakukan toilet training saat anak berusia 1,5 tahun – 3 tahun.
Anak yang berusia kurang dari 18 bulan cenderung belum siap dan jika dipaksakan untuk toilet training dapat menimbulkan traumatik sehingga kurang bijak untuk dilakukan. Nah, sementara itu, toilet training yang dilakukan setelah anak berusia di atas 3 tahun juga berisiko anak lebih sering mengompol, bahkan saat memasuki usia sekolah.
Tapi ini hanya penelitian beberapa peneliti ya buibu. Sebagai sesama ibu, hindari saling judge karena kita kan harus saling support hehe.
Kebetulan Kaniya memulai toilet training di usia 29 bulan. Menurut penelitian adalah waktu yang pas. Tapi balik lagi nih sama kesiapan anak dan ortunya juga. Alhamdulillah ini pas banget WFH jadi saya dan suami bisa bareng-bareng melatih Kaniya untuk toilet training.
Peralatan Toilet Training
Layaknya saat memulai MPASI, toilet training juga butuh beberapa peralatan yang mendukung proses toilet training tersebut. Untungnya, saya tidak seimpulsif saat zaman MPASI dulu, malah cenderung telat menyiapkan barang-barang ini pas udah mulai toilet training-nya haha. Plis jangan ditiru, disiapin dulu aja ya buibu, biar gak nunggu-nunggu “kapan nih abang grab dateng bawa potty training, celana dalem, lalalalala” hahaha.
Ok, lanjut ya. Ini list persiapan peralatan toilet training anak yang sebaiknya disiapkan menjelang proses toilet training.
1. Celana Dalam Anak
Penting banget untuk disiapkan, minimal sedia selusin atau 12 buah ya. Bisa merek apa aja yang penting anak nyaman. Ini juga termasuk investasi karena akan dipakai seterusnya sama anak.
2. Training Pants
Ini sebenernya optional sih. Saya punya 6 buah clodi yang ujung-ujungnya gak dipake sampe sekarang haha. Kaniya kurang suka pake training pants. Jadi, saya langsung pakaikan celana dalam lalu celana biasa. Tapi anak-anak lain banyak yang pakai ini dan works, jadi sesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan anak masing-masing ya.
3. Potty Seat Khusus Anak
Saya juga sudah beli potty berbentuk Dino yang bolong tengahnya gitu. Jadi Kaniya bisa dengan mudah duduk di atasnya untuk pipis/pup. Tapi lagi-lagi gak kepake dalam proses toilet training-nya. Malah jadi mainan ala kuda-kudaan gitu haha yasudahlah. Kaniya latihan pipis dan pup langsung di toilet.
4. Perlak / Sprei Waterproof
Dalam proses toilet trainingnya, Kaniya cuma butuh celana dalam anak + perlak. Alhamdulillah karena didahului dengan 3 kesiapan toilet training yang udah dijelaskan di atas, proses toilet training jadi lebih gak ribet karena keinginan dan kesiapan datang dari anaknya sendiri. Perlak ini buat alas tidurnya dia. Gak perlu beli karena masih punya banyak dari zaman Kaniya bayi
Kaniya Lulus Toilet Training
Iya, udah 3 minggu Kaniya toilet training dan saya baru bisa bilang “Kaniya lulus toilet training!” Alhamdulillah. Entah ini termasuk cepat atau lambat karena I don’t compared my child with others. Saya hanya merasa bersyukur sudah melewati 1 fase yang cukup penting bagi Kaniya. Setelah 6 bulan lalu dia berhasil disapih dan bulan ini dia lulus toilet training. I’m a proud mama. Semoga fase fase seterusnya seperti pertama sekolah dll bisa kami lewati dengan baik juga.
Untuk para ibu yang masih maju mundur untuk toilet training anaknya, yuk coba dilihat lagi tanda kesiapan anak dalam memulai toilet training. Insyaallah kalo anaknya sudah menunjukkan tanda-tanda tsb, akan mudah menjalaninya.
Tetap semangat dan fokus ke anaknya masing-masing ya. Di sini saya hanya membagikan cerita. Setiap anak memiliki waktu yang tepat untuk setiap fase. Sebagai orang tua, kita hanya bisa belajar teori parenting dan mengaplikasikannya ke anak kita masing-masing.
Ada yang mau ditanya atau mau sharing tentang toilet training? Feel free to comment on comment box ya. Thank you and see you on the next post!
Baca Juga : Pola Asuh Populer di Indonesia, Pilih Yang Mana?
[…] Baca Selengkapnya […]
Yang penting orang tuanya kudu telaten ya mbak. Harus atur napas nih kalau tiba-tiba si anak ngompol .
Harus siap anak dan ibunya mbak. Ini juga menyangkut kekompakan ibu dan anak dalam toilet training hehe
Anakku mau 28 bulan. Dia selalu punya alasan untuk tidak ke kamar mandi, disuruh mandi aja nanngis hihi. Kadang dibujuk bajunya kotor baru mau mandi. Selalu nolak bilang “tidak”. jadi kayaknya emang belum siap yah hehe. Nyontohin ke kloset juga dia gak mau.
Awal toilet training, Kaniya juga begini mbak. Akhirnya suka aku bujuk dengan boneka kesayangannya juga kebelet pipis. “Ayuk kita anterin Masha pipis” baru dia mau ke kamar mandi dengan sukarela. Soalnya kalo kitanya maksa, dia malah nangis dan semakin gak mau. Harus puter otak supaya anak mau ke kamar mandi dengan sukarela hehe
Lengkap banget nih ulasannya. Jangan sampai terlalu dini melakukan toilet training. 3 kesiapan yang harus diperhatikan di atas sudah jadi standar terbaik. Terima kasih tipsnya, si kecil masih 5 bulan sekarang.
Terima kasih, mbak. Semoga bisa bermanfaat ya nanti tulisan ini saat waktunya anak mbak toilet training 🙂
Tantangan bgt ya untuk ajari anak2 bisa tanpa diaper gini. Ponakan aku ada yg malah ga BAK seharian karena ga pakai diaper yg maksudnya biar ke kamar mandi. Begitu dipakein dia langsung pipis 😀
Usia berapa mbak ponakannya? Mungkin dia belum siap. Tapi bisa dibujuk dengan berbagai cara dan gak memaksa. Soalnya biasanya kalo ortunya maksa, si anak tambah gak mau hehe (pengalamanku begitu :p)
Makasih infonya say, bener toilet training itu tidak sembarangan dalam mengajarkan nya yang terpenting adalah kesiapan mental dan fisik anak dulu
Catatan buat saya yang masih punya anak balita …..thanks infonya ya!
Adikku yg paling kecil, aku belikan dudukan khusus balita ka.. ada gambar kartun yg bikin dia nyaman
Nah iya nih, bisa jadi salah satu cara juga biar anak kecil tertarik trus jadi mau deh toilet training hehe. Thanks sharing nya ya
Jadi ibu kudu peka ya sama perkembangan anak. Saya belum jadi ibu sih hehe tapi baca aja udah tertarik dan jadi dapat ilmu parenting
Semoga bermanfaat ya nantinya buat bekal jadi seorang ibu hehe
[…] Rika Amelina : Cara Memulai Toilet Training : Sudahkah Anak Siap? […]
[…] Baca Juga: Cara Mulai Toilet Training Anak dengan Mudah […]